Daftar Blog

Thursday 18 December 2014

Change 6 (Last Part)

Mataku membesar. Jantungku berdegup kencang.
"Caranya adalah... tinggalkan Kagamine Len."
"Meninggalkan... Kagamine Len..." gumamku. Memoriku mengalir layaknya air, ketika aku dan Len bersama-sama. Namun kini dia malah meninggalkanku sendirian.
"Apa maksudmu meninggalkan Kagamine Len?" tanyaku.
"Jangan berhubungan lagi dengannya. Tinggalkan dia. Usahakan dia dan dirimu seolah-olah tidak pernah mengenal."
Aku mematung. Seakan-akan semua bagian tubuh dan syarafku membeku.
Kagamine Len.
Dia adalah orang paling berarti di hidupku setelah Miku. Dia adalah orang yang paling kusayangi. Namun sekarang dia menjauh dari hidupku.
Dan aku harus menjauhi dia...
"Kenapa..." gumamku memegang baju latihanku erat-erat. Baju latihan itu dipilihkan oleh Len.
"Apa, Rin-tan?" tanya Shirori-san berubah menjadi periang lagi.
"Kenapa harus dia?! Kenapa harus dia yang harus kutinggalkan!?!?" seruku marah. Tidak, aku tidak ingin meninggalkan orang yang kusayangi.
"Itu demi popularitasmu, Rin-tan!" desak Shirori-san.
"Cukup!!" teriakku.
"Tidak, itu tidak cukup, Rin-tan. Bila kamu tidak melakukan ini, kamu akan kembali dilupakan oleh publik. Kamu akan menjadi sampah, Kagamine Rin!!!" seru Shirori-san dengan nada membentak.
"Tidak!!!"
"KAMU AKAN DILUPAKAN, KAGAMINE RIN!! KAMU HANYALAH HALANGAN BAGI VOCALOID!!!"
"Cukup, Shirori Megu!!" seseorang berteriak dari arah belakangku.
"Len!" gumamku.
Len memegang tanganku erat. Lalu menunjukkan wajah marah kepada Shirori-san.
"Kamu... tidak berhak menentukan apa yang harus Rin lakukan!!" kata Len menunjuk-nunjuk Shirori-san tidak sopan. "Kamu bukan siapa-siapa dia. Kamu bukan siapa-siapa Vocaloid!!"
Shirori-san menatap garang Len sambil menyumpah-nyumpah.
"Kamulah yang tidak menyadari, bahwa popularitas Rin sekarang semakin meningkat dengan cara legal yang dia percayai. Apa kamu tidak tahu, sekarang popularitas Rin mencapai ranking satu?"
Aku terkejut.
Ranking satu?
Mengalahkan Miku!??
"Apa.." Shirori-san memasang wajah jengkelnya.
"Tangkap dia!!!"
Tiba-tiba polisi Jepang langsung menangkap Shirori-san dan membrogolnya.
"Apa yang kau lakukan?! Lepaskan!!!" Shirori-san membabi-buta.
"Shirori Megu, kamu ditangkap karena telah terlibat kasus pencurian di brankas uang Vocaloid dan berniat menguasai Vocaloid dengan caramu yaitu membuat anggota Vocaloid saling terpecah belah." kata salah satu polisi Jepang.
Aku tercengang.
Shirori-san telah mencuri uang Vocaloid!? Tidak bisa dimaafkan! Uang itu adalah hasil jerih payah kami demi membantu orang-orang Jepang yang kesusahan!!
Namun aku masih tidak percaya bahwa aku telah mencapai ranking satu.
"Selamat ya, Rin." ujar Len tanpa menoleh. Namun samar-samar, aku bisa melihat Len tersenyum. "Kamu telah mencapai ranking satu, mengalahkan Miku."
"Iya..."
Aku tersenyum, melihat tanganku yang terus digandeng oleh Len.
"RIN!!"
Refleks kami langsung melepas gandengan dan berpura-pura tidak ada yang terjadi.
"Eh? Apa yang kalian lakukan?" tanya Mikuo menggoda Len.
"Ugh! Diam kau!!" seru Len. Terjadi peperangan antara Mikuo dan Len.
"Rin! Kita membuat grup baru lagi!!" seru Miku riang. Kukira dia memberiku selamat karena mendapat ranking satu.
"Grup? Grup apa?" tanyaku heran.
"Voca-Ohime! Terdiri dari aku, kau, dan Luka-chan!!" jelas Miku.
"Eehh? Voca-Ohime?!" gumamku.
"Dan Mikuo, Len, serta Luki masuk ke grup Voca-Ouji." jelas Miku lagi.
Aku manggut-manggut.
"Kenapa tiba-tiba membuat grup seperti itu?" tanyaku.
"Grup itu sebenarnya diperuntukkan bagi anggota Vocaloid yang popularitasnya paling tinggi di seluruh anggota (non-official) Vocaloid!!" kini giliran Mikuo menjelaskan.
Tiba-tiba saja aku merasa bangga pada diriku sendiri. Jadi sekarang aku, Miku, dan Luka-chan adalah anggota Vocaloid yang popularitasnya sama kuat, ya? Hebat! Apalagi kami bertigalah yang paling tinggi di antara anggota (non-official) Vocaloid!
"Ngomong-ngomong kamu nggak merasa risi karena popularitasku mendapat ranking satu?" kataku pede.
Tiba-tiba saja Len seperti tersengat listrik mendengar perkataanku, dia langsung mencari perlindungan. Aku menatap dia heran.
"Eh? Rin, kamu belum dengar, ya? Sejak bulan lalu, ranking popularity sudah tidak berlaku lagi di Vocaloid. Jadi tidak ada ranking." jelas Miku.
Jadi itu ya yang menyebabkan Len mencari perlindungan?!
"KAGAMINE LEN!!!!!!!" teriakku langsung menyemprot Len habis-habisan.
Yap, aku senang apabila semua seperti ini. Kami adalah rival, sekaligus sahabat sejati. Aku sangat menyayangi mereka!

Rin~

Change 5

"Orang itu keterlaluan," ucapku berapi-api. "Dia pikir, siapa dia? Dia baru mengenalku selama beberapa detik, dan sudah menilaiku. Padahal dia belum pernah melihatku berlatih!!"
"Tenanglah, Rin." kata Len sambil memberikan Rainbow Ice.
"Bagaimana bisa tenang?! Dia hanyalah manajer baru. Tetapi tingkahnya setinggi langit!" aku mengambil Rainbow Ice dengan kasar, lalu menyedotnya kuat-kuat.
"Aku harap, pertandingan ini tidak memengaruhi persahabatan kalian dengan Miku." gumam Len.
"Aku tidak tahu. Bisa saja aku kelepasan seperti tadi. Aku sekarang menyesal telah bersikap begitu kasar kepada Miku. Tetapi mau bagaimana lagi? Orang itu telah memancingku berbuat seperti itu." aku memutar-mutar Rainbow Ice.
Len terdiam, membuatku ikut terdiam.
"Rin!!"
Aku menoleh. Ternyata Miku yang memanggilku.
"Miku? Ada apa?" tanyaku.
"Syukurlah kamu tidak marah padaku." Miku tersenyum lega, kemudian teringat bahwa ada sesuatu yang harus diucapkannya. "Orang itu... Shirori-san... mendapat satu peringatan awal karena telah menjadi dalang dalam keributan. Jika dia mendapat satu lagi, Shirori-san akan dipecat! Dan rencananya, Rina-sama akan kembali!"
"Oh, berita yang sungguh baik!" kataku gembira, lalu melompat-lompat kegirangan, lalu aku teringat sesuatu.
"Kita adalah rival!" kataku sungguh-sungguh, namun tidak menyakitkan.
"Iya! Kita berjuang,ya!!" kata Miku senang. Aku mematung, lalu tersenyum.
"Iya!!"
Latihan pun seperti biasa. Penggemarku semakin meningkat, namun tetap tidak sebanding dengan penggemar Miku. Aku terus memperbaiki penampilanku yang menurutku salah, dibantu dengan kritik para penggemar.
Walaupun aku dan Miku adalah rival, aku dan Miku tetaplah bersahabat. Yah, jadi tidak apa-apa dong kalau kita terus bersama?
Tetapi, harus kuakui...
Hubunganku dengan Len semakin renggang. Entah apa yang harus kulakukan untuk kembali utuh. Tentu saja aku tidak ingin itu terjadi.
"Rin-tan!" panggil Shirori-san. Ugh! Ternyata dia belum dipecat juga.
"Kenapa lagi?" kataku sinis.
"Ah, jangan seperti itu dong, Rin-tan. Aku tahu, sebenarnya popularitasmu sekarang semakin meningkat, kan? Selamat, ya!" puji Shirori-san.
"Terima kasih." kataku datar. Lalu aku berniat berjalan ke ruang latihan, namun...
"Tunggu!! Apa kamu tidak ingin mengalahkan Miku-chan?" tanya Shirori-san.
"Tentu saja aku ingin. Dan tentu saja aku akan mengalahkannya. Kenapa kamu bertanya lagi? Bukankah kamu sudah mengetahuinya?" tanyaku dengan nada heran.
"Tetapi caramu itu kurang kuat, Rin-tannn..." Shirori-san menggelengkan kepalanya seolah-olah caraku sungguh konyol dalam menarik perhatian publik. Grrr! Dari awal sampai sekarang, dia me-nye-bal-kan!
"Kayak kamu tahu saja!! Lagi pula, aku sudah yakin dengan cara ini! Aku akan terus berusaha memperbaiki kekuranganku dan mengalahkan Miku! Itu caraku! Itu adalah cara yang legal." jawabku sambil terus melangkah.
"Kamu salah. Cara yang legal adalah cara yang lemah." tiba-tiba Shirori-san menyahut dengan nada dingin. Yang membuatku kaget adalah, dia tiba-tiba ada di belakangku! Tepat di belakang telingaku!
"Apa maksudmu?!" tiba-tiba aku merasa takut. Seolah-olah, Shirori-san sedang menunjukkan dirinya yang sebenarnya.
"Caranya adalah...."

Rin~

Tuesday 16 December 2014

Change 4

"Apa maksudmu bertanding denganku?" tanya Miku serius.
"Maksudku, setiap detik, setiap menit, setiap jam, kita akan bertanding. Aku akan menggilas popularitasmu!!" seruku tak kalah serius.
"Aku tidak mau." kata Miku memunggungiku.
"Kenapa? Kau takut kalah?"
Aku melihat Miku mengepalkan tangannya. Tangannya bergetar. Aku tersenyum.
"Aku tidak ingin bertanding dengan sahabatku sendiri. Lagi pula, untuk apa kita bertanding, Rin?"
"Ini pertandingan persahabatan, Miku." ucapku sambil menjentikkan jari. Lalu kembali duduk dan memainkan lagu 'Ievan Polkka'. "Tidak ada yang bertengkar, kok."
"Aku ingin menunjukkan, bahwa aku bisa melebihimu, Miku. Tetapi tenang saja. Persahabatan kita tidak akan tergoyahkan karena ini. Bukankah karena pertandingan, popularitas kita semakin kuat?"
"Baiklah, aku mau. Asalkan, persahabatan kita tidak akan hancur." ucap Miku tajam. Aku mengangguk. "Janji?"
"JANJI!!"
"Sebaiknya kita tidak perlu mencampuri urusan perempuan, Mikuo." bisik Len. Mikuo mengangguk setuju.
"Perempuan memang begitu. Mengutamakan popularitas. Bukankah itu sama saja dengan narsis?" balas Mikuo.
"KAMI MENDENGARNYA, MIKUO BOTAK, LEN SHOTA!!" seruku dan Miku.
"Aku enggak botak!" protes Mikuo kesal.
"Aku enggak shotaaa..." isak Len. Mikuo membawa Len ke pojok mobil sambil kesal. (#mojok)
"Baiklah, tunjukkan kemampuanmu, Rin. Kita mulai pertandingan ini BESOK." Miku menatapku tajam.
"Ya," kataku tajam pula.
Esoknya...
"Hai Vocaloidsiders." sapa seseorang. Aku menghentikan latihanku, begitu juga dengan Miku, Len, dan Mikuo.
"Dimana Luka, Luki, Teto, dan Ted?" tanya orang itu. Aku tak mengenalnya.
"Luka dan Luki ada urusan dan tidak akan aktif di Vocaloid selama 4 bulan. Sedangkan Teto dan Ted itu anggota tak resmi, jadi kami jarang konser bareng mereka." jelas Miku mewakili kami semua.
"Kamu siapa?" tanyaku.
"Oh, iya! Aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Shirori Megu, manajer baru kalian." orang itu bergaya ketika memperkenalkan dirinya.
"Kenapa Pak Produser Crypton tak memberitahu kami adanya manajer baru?" tanya Miku.
"Benar! Apa yang terjadi dengan Rina-sama?" tanya Mikuo.
"Rina-chan sudah tidak bekerja lagi disini." kata Shirori-san enteng. "Masa berlaku untuk bekerja disini sudah habis. Jadi aku penggantinya."
"Tidak mungkin." Len mengepalkan tangannya. Rin menoleh ke arah Len yang marah sekali.
Len dan Rin memang memiliki hubungan yang baik dengan Rina-sama, manajer lama. Rina-sama sangat baik dan elegan. Dia selalu memuji penampilan Rin ketika konser.
"Pak Crypton belum memberitahu kami soal kau. Jadi, aku menolakmu sebagai manajer baru." kataku. Len, Miku, dan Mikuo terkejut.
"Tidak bisa." Shirori-san memainkan jarinya yang lentik. "Walaupun Pak Crypton tidak memberitahu, dia akan memberitahu kalian nanti."
"Itu benar, Rin-rin." kata seseorang. Aku sudah mengenal panggilan itu.
"Tetapi, kenapa Pak Crypton tak memberitahu kami dulu?!" tanya Miku.
"Kami belum tentu menyetujuinya, kan?!" Len menambahkan.
"Maafkan aku karena ini memang mendadak." ujar Pak Crypton. "Tetapi apa boleh buat."
Pak Crypton berlalu meninggalkan misteri yang membuat kami kebingungan.
"Rin-tan!" Shirori-san mengagetkanku.
"Aaaa!" pekikku.
"Kamu ingin mengalahkan Miku? Dengan usahamu yang kecil itu? Mimpi saja." bisik Shirori-san.
"Apa maksudmu?!" seruku kesal. Shirori-san benar-benar berbeda dengan Rina-sama. Dia tidak cocok menggantikan dia.
"Aku akan mengalahkan Miku." aku mengepalkan tangan dengan marah, kemudian menunjuk Miku. "Miku, dengar itu?! Aku akan mengalahkanmu!!"
Aku berlari meninggalkan ruang latihan.
"Rin!!" seru Len mengejarku. Miku hanya terdiam mematung, lalu melirik Shirori-san yang tersenyum melihat reaksiku.

Rin~

Change 3



 Hitofuri dakede SHIROPPU ga fueru!!!
“Terima kasih sudah menyaksikan kami!! Itu tadi penampilan ‘World Is Mine’ dan ‘Trick or Treat’!!” seru Miku dengan keringat bercucuran.
“MIKUUUUU!!!” teriak penggemar Miku. Aku tersenyum masam.
Padahal aku sudah mengganti penampilanku, mengapa aku masih belum sepopuler Miku? Tidak, ini terlalu cepat. Mungkin di lain konser, aku akan mendapat seruan dari penggemarku, lebih dari Miku!!
“RIN-CHAAANNNN!!!!” teriak penggemarku. Aku terkejut. “GANBATTE RIN-CHAN!!”
“Rin!” bisik Miku bahagia. Aku mengangguk sambil tersenyum.
ARIGATOU MINNA-SAN!!!” teriakku tanpa bisa kutahan. Len tersenyum melihatku.
Setelah lagu penutup, kami beristirahat di mobil Vocaloid yang besar. Mobilnya seperti sebuah ruangan yang luas, lho!
"Rin, aku bersyukur akhirnya penggemarmu semakin bertambah karena kamu berubah penampilan." ucap Miku. Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Aku kagum dengan kamu, Miku." kataku jujur. Aku berjalan menuju piano hitam dan berusaha memainkannya.
"Kamu cantik, baik, manis, suaramu juga bagus." tuturku sambil memainkan lagu World Is Mine.
 Aku melihat wajah Miku bersemu ketika mendengarku memujinya. Beberapa saat, kami saling terdiam. Mikuo dan Len yang sedang memainkan kartu pun ikut terdiam mendengar pembicaraan kami.
Aku terus memainkan piano sampai tangan-tanganku memerah.
Tiba-tiba mobil Vocaloid diketuk-ketuk oleh seorang penggemar. Dia menunjuk-nunjuk Miku, itu berarti dia penggemar Miku.
"Miku-san!!" seru penggemar itu ketika kaca mobil dibuka. "Aku penggemar terberatmu. Kamu sungguh keren, Miku-san! Suaramu indah!!"
"Terima kasih banyak. Namamu siapa?" tanya Miku sambil mengambil pulpen dan kertas. Apa yang akan dilakukannya?
"Namaku Kotoki Hana!" kata penggemar itu bersemangat.
"Hana-chan, ya..." gumam Miku menulis namanya sambil membuat tanda tangannya di kertas itu. "Ini.."
"Miku-san..." wajah penggemar itu berubah menjadi terkejut sekaligus bahagia. "Terima kasih banyak!! Aku akan terus-terus dan terus menjadi pendukungmu!!"
"Terima kasih juga, ya." kata Miku tanpa gugup. Dia melempar senyum manisnya, dan penggemarnya langsung pergi.
Bicara tanpa gugup pada penggemar, memberikan perhatian khusus kepada penggemar, dan memberikan tanda tangan tanpa diminta. Apakah itu yang membuat Miku mempunyai banyak penggemar tetap? Dia memang baik dan cantik. Aku memakluminya. Namun aku tak pernah mempelajari sikap-sikap Miku ketika ia berhadapan dengan penggemarnya.
JRENG!!!
Aku menekan kuat-kuat tuts piano yang sedang kumainkan. Perhatian anggota Vocaloid menjadi ke arahku.
"Ugh, aku tak tahan lagi!!" seruku mengepalkan tangan. "Miku!! Mulai saat ini, kita akan bertanding!!"
Miku terdiam, memperhatikanku sejenak.
"Eehhh?!!"

Rin~

Change 2



“Oh, begitu.” kata Len memberikan secangkir susu cokelat panas mengepul. Setelah Len menyadari bahwa aku menangis, dia membawaku ke dalam mansion lalu membuatkan susu cokelat panas. Aku menceritakan seluruh keluh kesahku.
“Terima kasih.” ucapku menerima cangkir itu. Hidungku merah karena menangis.
“Aku juga suka merasa iri karena penggemar Mikuo lebih banyak dariku. Dia lebih tampan dariku.” Len bertopang dagu. “Namun aku menyadari, untuk apa iri? Karena kalau merasa iri saja dan tidak bertindak apapun, sama saja. Jadi, aku mulai berubah. Aku tidak ingin dikenal sebagai ‘Len Si Shota’ lagi. Aku menampilkan kejantananku.”
Sebenarnya aku geli karena cerita Len, namun aku hanya tersenyum tipis.
“Sebenarnya kamu manis kok, Rin!” ujar Len tiba-tiba. Wajahku memerah. “Tetapi kamu malah mirip gadis desa dibanding idol.”
“APA?!” seruku kesal. Dengan amarah yang menggebu-gebu, aku langsung menjitak kepala Len.
“Aduh!” jerit Len. “Kok aku dijitak sih!”
Aku hanya melipat  tanganku dengan kesal.
“Maaf dehh….” cibir Len. “Tapi jujur saja. Kalau kamu ganti penampilan, kamu akan menjadi manis. Rambutmu terlalu panjang dan tidak ada hiasan, selalu tergerai berantakan. Rokmu terlalu panjang.”
Sebenarnya, dalam hati aku membenarkan perkataan Len.
“Ayo kita modifikasi ke salon!!” tarik Len. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti Len.
“’Kawaii Salon’?” gumamku menyebutkan salon yang dimaksud Len. “Kamu kok tahu salon di kota ini?”
Len hanya tersenyum.
“Kamu benar-benar shota, ya?”
CTAK!!
Aku mengelus-elus keningku yang dijitak dengan kasar oleh Len. Tanganku kembali ditarik memasuki salon.
“Kagamine-kun!” ujar salah satu…. (banci) di salon itu.
“Shierly-san, aku ingin bertemu Tomoya-san.” kata Len tajam.
“Iiiihh,” cibir (banci) itu dengan gaya genitnya. Jujur, aku takut melihat gaya (banci) itu. Siapa tahu dia akan mengeluarkan gaya cowoknya?
“Ah, Len-kun.” seorang perempuan cantik mendatangi Len sambil memegang sisir. “Ada apa?”
“Tolong ubah penampilan sahabatku, ya. Namanya Kagamine Rin.”
“Na-namaku Kagamine Rin. Senang berkenalan denganmu.” kataku membungkukkan badanku.
“Gadis yang manis.” puji perempuan itu. “Namaku Tomoya Jenchii. Senang berkenalan denganmu juga.”
“Dia anggota Vocaloid juga.” tambah Len. Tiba-tiba sisir yang dipegang Tomoya-san terjatuh, dia melongo.
“KAGAMINE RIN DARI VOCALOID!? YA AMPUN!!!” jeritnya sambil memegang tanganku. “PANTAS SAJA AKU MERASA PERNAH MENDENGAR NAMAMU DAN MELIHAT WAJAHMU!!! AKU PENGGEMAR TERBERATMU. Yah, walaupun aku baru pertama kali menggemari Vocaloid.”
“Te-terima kasih.” kataku gugup.
“Aku sangat bersyukur bisa mengubah penampilan Rin-chan. Ayo!!”
Tomoya-san mendorongku ke ruang salon yang tampaknya akan mengubah seluruh image-ku di mata Jepang.
Beberapa jam kemudian, aku keluar dari ruang salon itu dan menemui Len di ruang tamu.
“Ba-bagaimana?” tanyaku gugup. Len terdiam, memperhatikanku.
“Kamu siapa?” tanya Len polos.
CTAK!!
“Huhuhu, dijitak.” cibir Len mengelus-elus kepalanya. “Kamu Rin?! Kawaii!!!
Arigatou.”
Rambutku dipotong sebahu, diberi pita putih yang besar. Aku memakai baju berwarna hitam-kuning bermotif dan celana pendek berwarna putih.
“Kagamine Rin is change!!” kataku bersemangat. “Terima kasih Tomoya-san!!!”
“Sa-“ aku terkejut dengan suaranya yang tiba-tiba nge-bass. “Maksudku sama-sama. Terima kasih sudah berkunjung.” ujar Tomoya-san dengan suara semula.
Dalam perjalanan, aku bersenda gurau dengan Len.
“Tomoya-san cantik, ya!” gumam Len.
“Mau selingkuh?” tanyaku menunjukkan kepalan tangan. Len tersenyum masam.
“Siapa yang mau selingkuh sama cowok?” cibir Len. Aku menghentikan kakiku.
“TOMOYA-SAN JUGA (BANCI)?!!?!?” teriakku membuat Len menutup telinganya. Jelas aku terkejut. Tomoya-san sangat baik padaku. Hampir saja kuanggap dia sebagai kakak perempuanku apabila Len tidak memberitahu kalau Tomoya-san juga…
“Iya, benar. Nama aslinya Tomoya Genchiiro, kemudian diganti menjadi Tomoya Jenchii.”
“Hahaha! Lucu banget!!” tawaku.
“Astaga Rin, kita harus latihan untuk konser besok!!”
“Oh iya!”
Kami pun lari terbirit-birit menuju gedung Vocaloid.
“Rin?! Kamu ganti penampilan? Manis banget!” puji Miku. Aku tersenyum, walaupun sebenarnya aku sedang bersemangat ingin mengalahkan Miku.

Rin~